Posted on Mei 2, 2008
by winsolu
Kendala bidang pendidikan ini dapat
diatasi dengan adanya internet yang bisa diakses oleh peserta didik di
perguruan tinggi. Berbagai macam informasi seperti perpustakaan online, jurnal
online, majalah, dan bahkan buku-buku teks yang dapat di-download gratis dari
berbagai situs yang ada dalam dunia internet. Mahasiswa bisa mencari apapun
yang berkaitan dengan materi perkuliahan disampaikan dosen di kelas, untuk
memperbandingkan, memperkaya pengetahuan, dan mencari sesuatu yang memerlukan
kejelasan dan pemahaman mendalam.
Permasalahan selalu timbul dalam dunia
pendidikan adalah kekurangan informasi dan referensi akibat terbatasnya jumlah
sarana belajar. Ketersediaan buku – buku di perpustakaan terutama pada lembaga
pendidikan swasta cukup memprihatinkan dan sangat jauh dari harapan jika yang
menjadi tujuan adalah melahirkan sarjana-sarjana berkualitas dari universitas.
Namun pada praktiknya, sosialisasi internet bagi dunia
pendidikan tidak semudah yang dibayangkan dan diharapkan banyak pihak, menurut
Rahardjo (2001), terbatasnya pemanfaatan teknologi informasi ini dipengaruhi
oleh beberapa hal, diantaranya kurangnya penguasaan bahasa Inggris, kurangnya
sumber informasi dalam bahasa Indonesia, mahalnya biaya akses internet, dan
ketidaksiapan tenaga pendidik.
Faktor pertama, merupakan permasalahan utama dalam
memanfaatkan segala teknologi hasil karya masyarakat Barat. Produk-produk
teknologi yang sampai ke tangan masyarakat dunia umumnya menggunakan komunikasi
berbahasa Inggris sehingga menyulitkan bagi para pengguna seperti mahasiswa
Indonesia yang Jurnal Ilmiah umumnya masih memiliki kemampuan rendah dalam
bahasa asing, sedangkan banyak informasi-informasi dan ilmu pengetahuan
direkayasa dalam bahasa internasional tersebut.
Faktor kedua, keterbatasan informasi dan ilmu pengetahuan
dalam bahasa Indonesia, menjadi salah satu penyebab rendahnya penggunaan
internet dalam negeri. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk berbagi ilmu
pengetahuan masih sangat rendah dibanding di luar negeri. Informasi masih dianggap
suatu hal pribadi dan berharga mahal yang tidak dapat diakses oleh seluruh
orang, menjadikan pengetahuan hanya berkembang untuk diri pribadi dan komunitas
tertentu saja.
Faktor ketiga, adalah kendala mahalnya biaya untuk
menggunakan internet di dalam negeri. Untuk mengakses internet pribadi dengan
menggunakan jaringan telepon milik pemerintah seseorang harus mengeluarkan
biaya hampir sepuluh ribu rupiah per jam sehingga membatasi pemanfaatan
internet tersebut. Solusi ini dapat dipecahkan dengan menggunakan internet pada
warung-warung internet dengan biaya yang lebih murah antara dua ribu sampai
tiga ribu rupiah per jam. Namun masih saja terlalu mahal untuk seorang
mahasiswa apabila harus menggunakan dalam frekuensi tinggi (selalu mengakses).
Faktor terakhir, permasalahan dari tenaga pendidik itu
sendiri yang masih belum siap menggunakan teknologi internet dalam proses
pengajarannya akibat kurangnya kemampuan dosen dalam bidang ini. Seorang dosen
tidak akan pernah menyarankan kepada mahasiswa memperkaya wawasan dengan
fasilitas internet akibat kekurangmampuannya sendiri. Dampak akhir yang terjadi
mahasiswa tidak akan termotivasi untuk mengembangkan diri jika dosen tidak
pernah menyarankan pemanfaatan sumber ilmu non formal tersebut.
Masalah terpenting dari sekian faktor penghambat di atas
terletak pada faktor ketiga dan keempat yakni mahalnya biaya akses dan
keterbatasan dosen. Jika kendala bahasa tidak menjadi masalah, lambat laun
mahasiswa akan terus belajar dengan sendirinya dengan tingginya frekuensi
penggunaan internet, sehingga mereka akan lebih memahami penguasaan
istilah-istilah asing dari internet tersebut. Sumber motivator utama dari dosen
adalah faktor terpenting dalam mensosialisasikan kegiatan penunjang
pembelajaran. Misalnya untuk melengkapi informasi tentang sebuah kajian masalah
di dalam kelas, mahasiswa dianjurkan untuk membuka homepage milik dosen, atau
mengakses situs-situs lain yang disarankan dosen.
Dari segi mahalnya biaya kendala ini dapat diatasi dengan
berperan penting lembaga pendidikan/universitas untuk mengembangkan sistem
pembelajaran internet dengan membangun sebuah jaringan internet di lembaga
pendidikan, menyediakan sarana penyewaan dengan biaya yang lebih murah
dibanding warung internet milik penguasaha bisnis.
Kasus Permasalahan dalam
Dunia Internet di Indonesia
- I.
Hambatan-hambatan dalam TI
Jika
di lihat dari keseluruhan secara umum hambatan dalam pengaksesan dalam internet
adalah pengetahuan akses yang masih terbatas, penggunaan internet masih belum
menjadi prioritas, jumlah sarana akses terbatas, biaya akses mahal,
kemampuan organisasi informasi rendah, kualitas sarana akses terbatas
atau jangkauan akses internet yang masih terbatas.
Disamping
dengan banyaknya berbagai informasi yang tersedia di dalam internet, pasti
selalu ada masalah – masalah yang di hadapi oleh masyarakat. Permasalahan
terjadi dapat di karenakan dari beberapa hal. Misal, keterbatasan alat dalam
mengakses internet (perangkat komputer, modem), kemampuan masyarakat akan
bahasa yg di gunakan layanan internet yang menggunakan bahasa Internasional
yaitu Bahasa Inggris. Ataupun masalah lokasi daerah yang tidak strategis dalam
melakukan pengaksesan informasi yang artinya jangkauan jaringan internet tidak
sampai
pada daerah tersebut. Bisa juga dikarenakan tidak ada penyedia layanan internet
di daerah – daerah tertinggal.
Akibat
dari hal itu, maka akan mengakibatkan adanya keterlambatan masyarakat Indonesia
dalam menerima informasi baru secara global. Selain di akibatkan dari
faktor-faktor tersebut, ada juga di karenakan kebiasaan masyarakat Indonesia
yang malas untuk mencari sesuatu terbaru. Dalam arti menunggu jawaban atau
berita dari orang lain daripada berusaha sendiri untuk mencari
informasi-informasi. Tidak hanya itu, masalah pun sering timbul akibat
keterbatasannya sumber daya manusia dalam mengeksploitasi pemahaman dalam dunia
internet. Faktanya sumber-sumber atau para admin dari situs-situs di internet
yang berasal dari Indonesia, ratingnya masih dberada di bawah dengan masyarakat
luar negeri.
Informasi-informasi
di dunia internet lebih di dominasi oleh para admin dari luar negeri. Oleh
sebab itu, bahasa yang di gunakannya pun berbahasa Internasional. Walaupun saat
ini dalam mengakses informasi sudah banyak menggunakan bahasa Indonesia.
Namun, tetap saja lebih banyak informasi yang menggunakan bahasa
Internasional/Inggris. Maka dari itu, keterbatasan informasi dan ilmu
pengetahuan dalam bahasa Indonesia, menjadi salah satu penyebab rendahnya
penggunaan internet dalam negeri. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk berbagi
ilmu pengetahuan masih sangat rendah dibanding di luar negeri.
Permasalahan
yang timbul dari dunia pendidikan khususnya di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama bahkan ada juga beberapa dari Sekolah Menengah Atas yang dari tenaga
pendidik itu sendiri masih belum siap untuk menggunakan teknologi internet
dalam proses pengajarannya akibat kurangnya kemampuan guru dalam bidang ini.
Seorang guru yang tidak menyarankan kepada muridnya dalam memperkaya wawasan
dengan fasilitas internet akibat kekurangmampuannya sendiri. Akhirnya yang
terjadi pelajar tidak termotivasi untuk mengembangkan diri jika guru tidak
menyarankan pemanfaatan sumber ilmu non formal tersebut.
Kurangnya
sumber informasi dalam bahasa Indonesia. Kita sadari bahwa tidak semua orang
Indonesia akan belajar bahasa Inggris. Untuk itu sumber informasi dalam bahasa
Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan
yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Konsep berbagi (sharring), misalnya
dengan membuat materi-materi pendidikan di Internet. Inisiatif langka seperti
ini sudah ada namun masih kurang banyak. Akses Internet masih susah diperoleh.
Beberapa daerah di Indonesia masih belum memiliki jalur telepon yang dapat
digunakan untuk mengakses Internet.
Kendala
lain yaitu, mahalnya biaya untuk menggunakan internet di dalam negeri. Untuk
mengakses internet pribadi dengan menggunakan jaringan telepon milik pemerintah
seseorang harus mengeluarkan biaya hampir sepuluh ribu rupiah per jam sehingga
membatasi pemanfaatan internet tersebut. Solusi ini dapat dipecahkan dengan
menggunakan internet pada warung-warung internet dengan biaya yang lebih murah
antara dua ribu sampai tiga ribu rupiah per jam. Namun masih akan tetap
terbilang mahal untuk seorang pelajar maupun mahasiswa jika harus selalu
mengakses dalam frekuensi yang tinggi.
Dampak
dari permasalahan-permasalahan yang telah di paparkan tadi, negara Indonesia
saat ini masih menjadi negara berkembang. Pada bidang Teknologinya masih jauh
di bawah rating dengan negara-negara luar. Hal ini sangat berkaitan
sekali dengan keadaan ekonomi di Indonesia. Karena selain dari faktor-faktor
permasalahan di atas, keadaan ekonomi suatu negara sangat berpengaruh pada
kemajuan suatu negara. Bagaimanapun juga, perekonomian merupakan bagian
terpenting agar suatu negara dapat maju berkembang dan mampu bersaing dengan
negara-negara lain.
Masalah-masalah
ini seharusnya segera di atasi dengan pemikiran masyarakat Indonesia yang jauh
lebih canggih daripada Teknologi secanggih apapun. Dan harus dimulai dari
sekarang untuk memikirkan bagaimana caranya agar tidak ada lagi keterbatasan
kita sebagai masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi lewat jaringan
internet. Sebab, dalam setiap harinya negara-negara yang ada di dunia ini
melakukan kompetisi untuk menjadi negara yang paling maju yang menjadi adikuasa
sedunia. Penerapan Teknologi Informasi pada era globalisasi informasi saat ini
menjadi sangat
penting. Apalagi di negara kita yang sedang berkembang, sangat membutuhkan
berbagai
informasi beserta teknologi-nya yang dapat diterapkan untuk kemajuan bangsa dan
negara kita.
Sumber
:
Hasil
Olahan sendiri yang di inspirasikan melalui situs :